Halaman ini menyajikan informasi bangunan masjid yang masih mempertahankan seni dan arsitektur peradaban awal suku bangsa setempat di karenakan memiliki nilai dan sejarah peradaban, dan beberapa bangunan masjid yang akan dibangun pada saat sekarang dengan disain arsitektur peradaban warisan nenek moyang yang salah satu alasannya untuk mengagungkan dan memelihara nilai-nilai seni dan arsitektur peradaban asli suku bangsa, serta masjid yang telah dibangun dengan disain arsitektur moderen dengan melupakan sama sekali sejarah kejayaan peradaban dan seni arsitektur Islam pada masa-masa jayanya, dengan menerapkan konsep dengan pertimbangan serta alasan tertentu.
Seperti kita ketahui, bahwa banyak sekali arsitektur masjid yang masih mempertahankan arsitektur peradaban asli suku bangsa setempat di dunia ini, disebabkan bangunan tersebut telah ada dan dibangun pada zaman awal masuk dan berkembangnya agama Islam, sedangkan thread ini hanya akan menyajikan informasi 7 buah bangunan masjid saja yang dikategorikan sebagai “7 Simply Amazing Mosques” di dunia.
1. Masjid Agung Djenne, Afrika Barat
Masjid Agung Djenne, pada mulanya masjid ini dibangun sepenuhnya dengan bahan `ferey` atau bata dari bahan tanah yang dikeringkan dengan matahari dan diplaster dengan tanah lumpur, dengan ketebalan dinding antara 41 cm dan 61 cm. Masjid ini dibangun pada abad ke-13 dan direnovasi pada tahun 1834. Masjid yang terlihat pada gambar ini dibangun ulang kembali pada awal abad ke-20 dan selesai sekitar 1909. dengan bantuan dan dukungan Pemerintah Perancis dimana pada pada saat itu Djenne adalah negeri jajahan Perancis di Afrika Barat. Pemerintah Prancis telah memberi bantuan dan dukungan politik serta dana untuk pembangunan kembali Masjid Agung Djenne ini.
Satu-satunya bagian asli bangunan yang masih dipertahankan dari masjid ini adalah ruang dasar (kandang) yaitu tempat kuburan atau makam pemimpin-pemimpin lokal bangsa Djenne.
Masjid Agung ini berlokasi di tepi Sungai Bani Kumba, pada platform atau site yang telah ditinggikan dengan luas permukaan bidang 5625 m², sehingga terlindung dari banjir.
Setiap tahun, masjid Djenne mendapat perawatan atau perbaikan dalam rangka menyambut berbagai perayaan festival rakyat sebagai hiburan yang luarbiasa, serta menyenangkan bagi masyarakat Djenné.
Masjid Agung Djenne adalah salah satu `Situs Warisan Dunia` yang ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1988, yang dapat dikunjungi setiap saat, tetapi tidak dibolehkan memasuki bangunan, kecuali anda Muslim. Masjid Agung ini telah ditutup untuk non-Muslim pada tahun 1996, akibat dari kerusuhan dan penembakkan salah seorang official fotografi majalah Vogue Prancis di dalam masjid.
Masjid Agung Xi`an ini adalah masjid pertama di Cina pada masa dinasti Tang, disain masjid dipengaruhi oleh arsitektur bangunan dan rumah ibadah yang lazim pada masa itu, masjid ini dibangun selama 742CE (kekuasaan Kaisar Xuanzong, 685-762).
Kemudian Kaisar Hongwu dari Dinasti Ming merenovasi kembali masjid, yang samasekali tidak pernah menambahkan kubah atau dome dan menara, atau sama sekali tidak merobah arsitektur asli masjid. Fitur yang penting dalam arsitektur ini adalah penekanan pada `simetris yang kontras` dengan taman di sekitar bangunan
Masjid ini merupakan salah satu contoh dari Sino-arsitektur Islam. di Cina, khususnya masjid yang berada di dekat Drum Tower (Gu Lou) di Huajue Lane dari Xi`an (Sian), provinsi Shaanxi, Cina, dan merupakan salah satu masjid yang paling tua dan paling terkenal di negeri ini.
Masjid ini awalnya merupakan pusat keagamaan (Islam) bagi pedagang Arab dan
Pada 754 AD hasil sensus menunjukkan bahwa ada lima ribu orang asing yang tinggal di kota ini yang terdiri dari bangsa Turki, Iran, India, serta bangsa Jepang, Korea dan bangsa berbudaya Melayu dari timur.
3. Mesjid Agung Samarra, Irak
Masjid Agung di Samarra, Irak ini dibangun pada abad 9, yaitu 848CE, selesai dalam 52 tahun pada masa pemerintahan khalifah Abbasid Al-Mutawakkil (di Samarra) dari 847 sampai 861.
Pada zamannya, masjid ini adalah masjid terbesar di dunia, tinggi menara, yaitu menara yang terkenal disebut menara al-Malwiya adalah 52 meter dengan lebar dasar spiral menara 33 meter, dan dapat menampung delapan puluh ribu orang jemaah. Masjid didinding atau dibatasi dengan dinding batu bata yang mengelilingi sebuah kawasan yang berukuran panjang 240 meter, lebar 158 meter, dan tinggi 10 meter. Dinding ditutupi dengan panel berwarna biru gelap dengan kaca mosaic.
Menara masjid yang berbentuk spiral. Spiral menara masjid ini ini sangat terkenal, dan merupakan fitur-fitur pertama kali yang didaftarkan pada bangunan-bangunan bersejarah `Congregational Mosque` Al-Mutawakkil di Irak, kemudian diikuti oleh 20 bangunan istana lainnya. Hal ini membuktikan bahwa pemimpin atau khalifah di Irak pada masa itu sangat menghargai perkembangan dan kemajuan karya seni arsitektur.
Sayangnya, pada 1 April 2005, bagian atas Malwiya mesjid rusak oleh sebuah bom. dalam peperangan infasi AS ke negara Irak.(seperti gambar puing masjid, disamping) Para pejabat Irak telah menyatakan klaim bahwa tentara AS telah menyebabkan kerusakan yang signifikan pada situs-situs bersejarah di
4. Masjid Jami-Ul-Alfar,
Masjid Jami-Ul-Alfar, adalah salah satu masjid tertua di
Ciri khas disain arsitektur Masjid ini adalah ornamen atau dekoratif dinding belang merah dan putih. Masjid ini berlokasi di perempatan jalan di daerah Pettah Bazaar, dibangun tahun 1909 dengan arsiteknya bernama Saibo Lebbe yang merancang bangunan ini selama satu tahun pada tahun 1908.
Beberapa orang telah mengakui bahwa masjid Jami Ul Alfar adalah salah satu `land mark` atau ikon pawisata
5. Masjid
Masjid Dublin Irlandia ini, merupakan salah satu masjid yang mencerminkan budaya daerah, karena pada semulanya tidak dirancang untuk bangunan masjid. Tetepi dirancang dan dibangun untuk rumah tempat tinggal, kemudian beralih fungsi menjadi masjid sebagai tempat ibadah.
Masjid ini, dibuka pada tahun 1983, oleh sekelompok mahasiswa Islam yang tiba di
Mereka pertama kali membeli sebuah rumah
6. Masjid Assyafaah
Masjid Assyafaah, Singapura adalah masjid yang dibangun dengan disain arsitektur moderen (The Modern Masjid), masjid ini sekaligus merupakan basis atau kantor Dewan Agama Islam Singapura yaitu Majlis Ulama Islam Singapura (MUIS) yang didisain oleh `Forum Architects Singapura`, sama sekali masjid ini tanpa kubah atau dome.
Masjid ini terletak di sebelah utara pulau Singapura di lingkungan yang penuh dengan bangunan tinggi, Arsitek Tan Kok Hiang dengan konsern mendisain masjid ini dengan konsep `keharmonisan dan toleransi` dalam keberagaman kehidupan sosial berbagai suku bangsa, sehingga diaktualisasikanlah fisik bangunan masjid tanpa memihak kepada arsitektur peradaban salah satu suku bangsa atau etnis manapun.dan bahkan juga pada paradaban agama manapun. Tapi sudahbarang tentu bangunan ini harus mempunyai ciri atau tanda bahwa bangunan tersebut sesungguhnya adalah masjid.
Masjid Assyafaah dibuka pada tahun 2004 dan ini masjid ke
7. Mahligai Minang, Masjid Raya Minangkabau
Pemerintah Propinsi Sumatera Barat ingin mewujudkan land mark selain yang ada di Sumbar yaitu Jam Gadang di Kota Bukittinggi, maka dalam satu-dua tahun ke depan akan ada land mark baru bernama “Mahligai Minang”. Ini adalah hasil karya arsitektur pemenang sayembara yang diikuti 323 arsitek dari sejumlah negara.
Mahligai Minang tidak semata-mata sebuah masjid, tetapi sebuah identitas yang akan menjadi pusat peradaban, di mana salah satu bangunan utamanya adalah bangunan masjid. Di situlah perpaduan antara Islam dan Minangkabau, dengan melengkapi bangunan atau ruangan antara lain; ruangan atau bangungunan lembaga pendidikan seperti perpustakaan, tempat rekreasi keluarga sakinah, ruang serba guna yang menampung 3.000 orang yang bisa digunakan untuk seminar, pertunjukan kesenian, dan sebagainya.
Masyarakat Minangkabau yang sebagian besar adalah penduduk wilayah Propinsi Sumatera Barat dalam menjalankan kehidupan sosial budayanya tetap berpegang teguh pada adagium adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah (ABS-SBK). Oleh karena itu sejak dulu sampai sekarang, masjid sebagai representasi kehidupan merupakan salah satu ikon budaya yang penting.
Masjid tidak saja dapat dijadikan ukuran dari keberhasilan masyarakat suatu wilayah/nagari, tetapi sekali gus menjadi sebuah kebanggaan masyarakat di nagari tersebut. Itulah sebabnya sampai sekarang, setiap orang Minangkabau baik yang di kampung maupun yang di rantau selalu bergairah dan berlomba-lomba membangun dan memakmurkan masjid. Dengan demikian, masjid menjadi sentra kegiatan sosial kemasyarakatan. Di dalam adatnya disebutkan, sebagai salah satu syarat bagi sebuah nagari antara lain adalah babalai bamusajik. Adanya balai tempat bermusyawarah ninik mamak dan adanya masjid untuk aktivitas keagamaan dan ilmu pengetahuan.
Masjid merupakan bangunan utama Mahligai Minang mengambil dan mengaktulisasikan kembali seni dan arsitektur bangunan `Minangkabau pada masa peradaban kebudayaan awal`.
Seperti diketahui dalam sejarah Kerajaan Pagaruyung bahwa ada tiga fase atau gelombang peradaban kebudyaan yaitu :
1). Fase atau gelombang peradaban kebudayaan Pagaruyung yang menganut agama Hindu Budha.
2) Fase atau gelombang peradaban kebudayaan Pagaruyung yang menganut agama Islam. dan
3) Fase atau gelombang peradaban kebudayaan Pagaruyung atau Minangkabau saat ini.
Sumber: www.boleh.net.id