Letak pintu masuknya cukup dekat dari penginapan ± sekitar 500 meter, kita mulai dari Komplek Candi Arjuna sampai ke Kawah Sikidang, kalau anda hanya ingin melihat Kawah Sikidang saja bisa langsung menuju kesana (gak perlu bayar tiket, tempat beli tiket hanya di Komplek Candi saja) letaknya cukup jauh dari penginapan apabila di tempuh dengan jalan kaki tetapi kalau dari Puncak Cikunir cukup dekat (bisa motong jalan) jadi sekalian jalan ke Telaga Warna atau pulang ke peginapan (minta diarahkan guide-nya saja).
Komplek Candi di Dieng
Di Dataran Tinggi Dieng dapat dijumpai perkomplekan candi yang banyak jumlahnya. Penamaan candi diambil dari nama wayang yang bersumber dari cerita Baratayuda seperti Candi Puntadewa, Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Gatotkaca dan sebagainya.
Latak bangunan terpencar di beberapa tempat, sebagian ada yang mengelompok dan sebagian lain berdiri sendiri. Kelompok candi yang mengelompok yaitu komplek Percandian Arjuna yang berderet dari utara ke selatan, mulai dari Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa dan Candi Sembadra. Di depan Candi Arjuna terdapat Candi Semar.
Bangunan candi yang berdiri sendiri misalnya Candi Bima, Candi Gatotkaca, Candi Dwarawatik, Candi Parikesit, Candi Sentyaki, Candi Ontorejo, Candi Samba, Candi Nangkula, Candi Sadewa, Candi Gareng, Candi Petruk dan Candi Bagong.
Di antara keseluruhan candi di Komplek Percandian Dieng tersebut, terdapat tiga candi yang kini keadaannya masih relatif utuh yaitu Candi Bima, Candi Arjuna dan Candi Gatotkaca sedangkan yang lainnya dalam kondisi yang mengkhawatirkan bahkan sudah nyaris rata dengan tanah, kalau anda ingin tahu lebih jauh tentang candi-candi tersebut bisa langsung ke Museum yang ada didekat area candi di dekatnya juga ada cafe atau restoran untuk makan & beristirahat.
- Candi Bima, Candi yang berukuran 4,93 x 4,34 m dianggap memiliki ciri arsitektur yang berbeda dengan candi lainnya di Indonesia. Candi Bima memiliki bentuk atap yang merupakan perpaduan gaya arsitektur India Utara dan India Selatan. Gaya India Utara tampak pada atap yang berbentuk menara yang meninggi (Sikhara). Sedangkan gaya India Selatan tampak pada bentuk atapnya yang bertingkat dan batur bangunan yang terdiri atas pelipit-pelipit mendatar. Sekain itu adanya menara-menara sudut dan relung-relung bentuk tapal kuda dengan hiasan kudu. Hiasan kudu pada Candi Bima ini berwujud manusia setengah badan yang melongok keluar dari bilik jendela.
- Candi Arjuna, Candi yang berukuran 6 x 6 m dan menghadap ke arah barat. Termasuk dalam kelompok candi Arjuna yaitu Candi Srikandi dan Candi Puntadewa. Keunikan bangunan kelompok Arjuna terletak pada bagian tubuh candi yang berbentuk Keben. Pada pintu masuk dan relung-relungnya dihiasi kala makara. Atap candi berbentuk seperti ada pembagian horisontal yang terdiri atas bentuk piramida-piramida jenjang dengan triap sidutnya terdapat menara-menara kecil. Menara kecil tersebut yang memiliki kemiripan dengan gaya arsitektur India Selatan. Ditemukannya prasasti berangka tahun 731 Caka (809 M) di dekat Candi Arjuna dapat menjadi petunjuk pembangunan candi sekitar awal abad IX M.
- Candi Gatotkaca, Bangunan candi berdenah persegi empat dan terdapat tonjolan pada bagian tengah keempat sisinya. Hiasan ornamental terlihat sangat menonjol dan didominasi oleh pelipit-pelipit halus. Arah hadap candi ke barat disertai pintu masuk bertangga dengan pipi tangga bersayap dan berukir gelung. Terdapat hiasan kala tanpa rahang bawah di atas relung. Bagian atap candi berhiaskan antefik (simbar) dan kepala singa pada setiap sudutnya. Terdapat juga menara-menara kecil di bagian atap paling bawah. Bentuk profil menara-menara tersebut hampir sama dengan profil candi. Atap puncak (mahkota) berbentuk silinder.
Setelah dari area komplek candi kita bergerak ke area kawah Sikidang, pintu masuknya dekat Candi Bima, karena kita datangnya pas hari kerja suasananya sepi banget (waktu itu cuma ada kelompok kita aja) jadi berasa nyaman dan fotonya bersih gak banyak orang lalu-lalang, didekat pintu masuk ada tempat area jualan buat pedagang makanan atau souvenir (yah seperti tempat wisata lainnya) katanya disini juga ada yang jual bunga Edelweis yang udah lumayan susah didapat (sudah gak boleh dipetik & dibawa orang harusnya sih) tapi kita gak nemu karena gak ada yang dagang satu juga hehehe...
Dilokasi ini bau belerangnya sangat menyengat & suhunya agak lumayan hangat, dikejauhan kita bisa lihat sumur geothermal tua yang masih beroperasi, energi panas bumi ini memang dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik di daerah Dieng ini kita banyak menjumpai pipa-pipa & sumur sumber panas bumi dimana-mana, kawah di Sikidang adalah yang terbesar di Dieng & katanya 2 bulan yang lalu area dekat kawah pernah meledak dan membentuk lembah serta gundukan tanah baru, kita sempet foto-foto dari atas gundukan tanah baru tersebut, setelah puas melihat-lihat & foto-foto disini tujuan selanjutnya kita ke Telaga Warna & Komplek Goa...
Sebagian info pada Komplek Candi dikutip dari situs Arkeologi.web.id
No comments:
Post a Comment