Cari Artikel

Google
Google Page googlemelulu

Thursday, September 10, 2009

Jembatan Selat Sunda (Sunda Strait Bridge)


Jalur Selat Sunda (Merak-Bakaheuni) bisa dibilang adalah jalur pelayaran tersibuk nasional yang menjadi nadi perekonomian antara Pulau Jawa & Pulau Sumatra, kondisi lalulintas yang dilayani Pelabuhan Bakauheni dan Merak sudah terlalu padat sehingga kehadiran jembatan yang bisa menghubungkan kedua pulau sangat dibutuhkan.

Untuk saat ini saja dalam sehari sekitar ± 3500 kendaraan, 35.000 orang, serta 20 juta ton batu bara yang melewati kedua pelabuhan, bahkan apabila terjadi gangguan di laut maka antriannya dapat mencapai 10 kilometer. Tidak dapat dibayangkan kondisi 10 tahun ke depan seandainya jembatan belum juga direalisasikan sehingga 10 Gubernur se Sumatra memasukannya ke dalam empat rekomendasi yang harus dilaksanakan pemerintah, sekitar 60 persen ekspor nasional berasal dari Sumatra, 40 persen gula berasal dari Lampung, kalau ditambah dengan Jambi dan Palembang sudah mencapai 50 persen lebih.



Banten dan Lampung, dua provinsi yang menjadi tuan rumah Jembatan Selat Sunda, akan mengalami lonjakan pertumbuhan 7% sampai 12%. Dan, yang tidak kalah pentingnya adalah jembatan ini akan menghasilkan penghematan luar biasa terhadap waktu dan ongkos penyeberangan barang, manusia, dan kendaraan bermotor.

Jembatan ini di kemudian hari, bila dikelola dengan baik termasuk pengelolaan aset-aset di sekitarnya, akan menjadi objek wisata yang memukau. Dan, juga dalam jangka panjang, Selat Sunda akan menjadi alternatif bagi Selat Malaka yang semakin padat dan dangkal. Inilah peluang yang terbuka dan menjanjikan.

Selain mendinamisasi potensi pertumbuhan ekonomi yang sangat besar bagi Jawa dan Sumatra, Jembatan Selat Sunda, menjadi simbol yang lebih nyata terhadap kesatuan Sabang sampai Merauke yang selama ini lebih bersifat ideal dan administratif. Bila kemudian dibangun lagi jembatan penyeberangan yang menghubungkan Jawa dan Bali, negara kesatuan semakin kasatmata dan nyata melalui rantai infrastruktur.

Jembatan Selat Sunda adalah salah satu proyek besar pembuatan jembatan yang melintasi Selat Sunda sebagai penghubung antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatra. Proyek ini digagas pada tahun 1960 oleh Prof. Sedyatmo (Alm.) seorang guru besar di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1960 yang disebut dengan nama Tri Nusa Bima­sakti yang berarti penghubung antara tiga pulau yaitu Pulau Sumatera, Pulau Jawa dan Pulau Bali dan sekarang akan merupakan bagian dari proyek Asian Highway Network ( Trans Asia Highway & Trans Asia Railway). Dana proyek pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) direncanakan berasal dari pembiayaan Konsorsium diperkirakan menelan biaya sekitar 10 miliar US Dollar atau 100 triliun rupiah yang rencananya akan dipimpin oleh perusahaan PT Bangungraha Sejahtera Mulia (BSM).
Hasil Pra-FS berhasil dirampungkan Artha Graha Network melalui PT Bangungraha Sejahtera Mulia yang dipimpin Tommy Winata yang telah diserahkan kepada Gubernur Banten, Lampung dan pemerintah pusat dalam suatu acara khusus bertempat di Hotel Borobudur Jakarta, pada hari Kamis tanggal 13 Agustus 2009 dan selanjutnya akan melibatkan 10 provinsi yang berada pada Pulau Sumatera. Pembuatan Pra FS jembatan Selat Sunda berawal ditandatanganinya Memorandum of Agreement (MoA) pada 3 Oktober 2007 dengan mengikutsertakan konsultan terkenal Prof. Dr. Wiratman Wangsadinata.Menurutnya, masih membutuhkan studi lebih dalam lagi untuk menentukan struktur terbaik dari jembatan terpanjang di dunia karena kalau jadi dibangun memiliki panjang lebih dari 30 kilometer. Bentang tengah terpanjang di dunia saat ini mencapai 1991 meter (Jembatan Akashi Kaikyo di Jepang) dan dalam rencananya Jembatan Selat Sunda punya bentang tengah mencapai 2200 meter. Dalam studi lebih lanjut masih harus dilihat potensi gempa di kawasan itu, harus dipertimbangkan adanya patahan yang ada kemudian juga Gunung Krakatau yang masih aktif, prediksi perhitungan gempa sudah sampai kekuatan gempa dengan magnitude 8,5 skala Richter, selain menghitung gempa besar, rancangan jembatan juga akan memperhitungkan kekuatan angin. Wiratman juga tidak memungkiri kemungkinan membangun terowongan karena dari segi biaya juga sama tinggal dicari mana dari keduanya yang lebih memberikan jaminan keselamatan.Menurut rencana panjang JSS ini mencapai panjang keseluruhan 31 kilometer (sekitar 6 kali lipat panjang Jembatan Suramadu) dengan lebar 60 meter, masing-masing sisi mempunyai 3 lajur untuk kendaraan roda empat dan lajur ganda untuk kereta api di rencanakan mempunyai ketinggian maksimum 70 meter dari permukaan air. JSS telah dilakukan Soft Launching 2007 Jembatan Selat Sunda dan akan dimulai pembangunannya pada tahun 2010 dan diperkirakan dapat mulai dioperasikan pada tahun 2025.

Rencana rute yang akan di lewati jembatan :

  1. Pulau Jawa - Pulau Ular sepanjang 3 kilometer merupakan jalan layang (viaduct)
  2. Pulau Ular - Pulau Sangiang sepanjang 8 kilometer akan merupakan jembatan gantung (suspension bridge)
  3. Pulau Sangiang sepanjang 5 kilometer merupakan jalan raya darat dan rel kereta api
  4. Pulau Sangiang - Pulau Panjurit sepanjang 8 kilometer akan merupakan jembatan gantung (suspension bridge)
  5. Pulau Panjurit sepanjang 7,6 kilometer merupakan jalan raya darat dan rel kereta api
  6. Pulau Panjurit - Pulau Sumatera sepanjang 3 kilometer merupakan jalan layang (viaduct).
Dengan terealisasinya jembatan ini nanti diharapkan sebuah perubahan yang dahsyat akan menyusul. Mobilitas barang dan manusia di antara dua pulau yang dihuni 78% penduduk Indonesia dan sumber 80% produk domestik bruto, itu akan meningkat amat pesat. Banten dan Lampung, dua provinsi yang menjadi tuan rumah Jembatan Selat Sunda, menikmati lonjakan pertumbuhan 7% sampai 12%. Dan, yang tidak kalah pentingnya adalah jembatan ini akan menghasilkan penghematan luar biasa terhadap waktu dan ongkos penyeberangan barang, manusia, dan kendaraan bermotor. Jembatan ini di kemudian hari, bila dikelola dengan baik termasuk pengelolaan aset-aset di sekitarnya, akan menjadi objek wisata yang memukau. Dan, juga dalam jangka panjang, Selat Sunda akan menjadi alternatif bagi Selat Malaka yang semakin padat dan dangkal. Inilah peluang yang terbuka dan menjanjikan.

Selain mendinamisasi potensi pertumbuhan ekonomi yang sangat besar bagi Jawa dan Sumatra, Jembatan Selat Sunda, menjadi simbol yang lebih nyata terhadap kesatuan Sabang sampai Merauke yang selama ini lebih bersifat ideal dan administratif. Bila kemudian dibangun lagi jembatan penyeberangan yang menghubungkan Jawa dan Bali, negara kesatuan semakin kasatmata dan nyata melalui rantai infrastruktur.

Mudah-mudahan bisa terealisasi, maju terus dunia konstruksi Indonesia.

Referensi:
- Wikipedia
- http://www.jembatanselatsunda.com
- http://www.antaranews.com
- http://www.mediaindonesia.com


No comments:

Post a Comment