Menara Jakarta (Menara Trilogi) adalah sebuah menara baru yang akan dibangun di ibu kota Jakarta (Indonesia). Semula, Menara Jakarta akan dibangun di area Kuningan, tetapi Soerjadi Soedirdja, Gubernur DKI Jakarta waktu itu, tidak setuju, dan mengusulkan untuk membangunnya di daerah Kemayoran yang pertumbuhannya masih sulit. Ide pembangunan menara ini digagas sejak tahun 1995 yang akan memiliki tinggi 558 meter dan direncanakan akan selesai pada tahun 2012. Pada saat selesainya pembangunan, gedung ini akan masuk kedalam jajaran bangunan tertinggi di dunia. Menara tertinggi di dunia pada saat ini masih atas nama Canadian National Tower di Toronto (Kanada) yang memiliki tinggi sekitar 553 meter (Tugu Monas Jakarta hanya 137 meter).
Pembangunan menara itu pada awalnya dikembangkan oleh trio usahawan besar, yakni Sudwikatmono, Prajogo Pangestu, dan Henry Pribadi, melalui PT Indocitra Graha Bawana. Biayanya diperkirakan sekitar 400 juta dollar AS (waktu itu masih sekitar Rp 900 miliar). Pada tahun 1996, sayembara desain arsitektur untuk gedung tersebut dimenangkan oleh Murphi/Iohn dari Amerika Serikat. Hanya saja, karena desain ini terlalu mahal untuk dikembangkan, maka pemerintah memilih desain dari pemenang kedua yakni East Chine Architecture Design & Research Institute (ECADI), yang juga membangun Shanghai Oriental Pearl Tower di China. Desain ECADI ini dipilih karena para juri menganggap desainnya sederhana dan masih bernuansa Asia.
Pembangunan Menara mulai dilaksanakan tahun 1997 yang peresmiannya dilakukan oleh Gubernur Jakarta Soerjadi Soedirdja dan Mensesneg Moerdiono setelah disetujui oleh Presiden Soeharto di Bina Graha, Jakarta. Karena anggaran membesar, pengembang mulai mencari suntikan dana dari investor asing. Total dana yang dibutuhkan menjadi sekitar 560 juta dollar AS (waktu itu sekitar Rp 1,2 triliun). Proyek ini sempat tersendat pada tahun 1998 akibat krisis moneter yang melanda Indonesia dan kembali diresmikan pembangunannya tahun 2004 oleh Mensesneg Bambang Kesowo dan Gubernur Sutiyoso.
Pembangunan menara akan terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama pembangunan ruang podium 17 lantai yang direncanakan selesai pada tahun 2008/2009. Bagian kedua adalah pembangunan tower yang diprediksikan akan selesai pada tahun 2010-2011. Biaya pembangunan megaproyek yang diperkirakan mencapai sekitar Rp 1,2 triliun pada awalnya, diperkirakan akan kembali membengkak menjadi hampir Rp 2,7 triliun setelah kenaikan harga material dunia (terutama baja). Menurut direktur PT Prasada Japa Pamudja, Ferry Sangeroki, pihak-pihak yang terlibat dalam proyek ini adalah "lebih dari seratus perusahaan dan individu". Ia mengatakan bahwa proyek tersebut dibiayai melalui tiga jalur: partisipasi modal (Rp 400 miliar), pinjaman sindikasi (Rp 600-800 miliar), dan penjualan pra-proyek (sekitar Rp 1,3 triliun).
Menara Jakarta akan dibangun di area seluas 306.810 meter persegi. Gedungnya sendiri akan seluas 40.550 meter persegi dengan tinggi 558 meter. Seperti desain awalnya pada tahun 1997, dalam pembangunan yang baru ini, menara tetap memiliki tiga kaki yang akan menjulang hingga ketinggian 500 meter. Masing-masing kaki berbentuk silinder, berdiameter 13,2 meter. Dua di antaranya berisi masing-masing tiga lift dengan kecepatan 7 meter per detik. Kaki ketiga berisi delapan lift khusus untuk pengunjung. Pada gedung ini terdapat 10 unit elevator/lift. Selain itu, pada bagian bawahnya, menara itu diikat lagi dengan cincin beton berdiameter 40 meter dengan tinggi 15 meter. Untuk lebih menstabilkannya, menara tertancap dengan fondasi berdiameter 80 meter sampai kedalaman 58 meter di bawah tanah.
Menurut pengembang, Menara Jakarta akan menyerap 20.000 lebih tenaga kerja selama pembangunan, dan lebih dari 40.000 tenaga kerja setelah gedung difungsikan. Menara Jakarta rencananya akan dilengkapi dengan fasilitas:
* Tempat parkir seluas 144.000 meter persegi
* Gedung podium setinggi 17 lantai.
* Lift yang mencapai puncak menara
* Restoran berputar
* Mal besar
* Kafe
* Taman hiburan
* Museum sejarah Indonesia
* Hotel
* Ruang serba guna/konferensi yang bisa menampung 10.000 pengunjung
* Ruang-ruang perkantoran seluas 8.000 meter persegi
* Pusat pameran
* Pusat pendidikan dan pelatihan
* Pusat multimedia disertai pemancar siaran radio dan televisi
* Pusat perdagangan dan bisnis
* Pusat olah raga
Diperkirakan, sebanyak 4-6 juta pengunjung setiap tahunnya akan mengunjungi Menara Jakarta.
Pada perjalanannya, rencana pembangunan menara ini banyak menimbulkan berbagai kontroversi & kecaman. Pada tahun 1995-1997, Menara Trilogi menjadi bahan kecaman terutama adalah dana serta fungsi Menara tersebut di tengah kesenjangan sosial dan ekonomi yang masih membentang. Karena itu, menara ini mulai dikenal pula dengan sebutan "Menara Kesenjangan". Koran The Jakarta Post menyebutnya sebagai "tower of indifference" (menara ketidakpedulian). Beberapa anggota DPR menyebutnya proyek "mercusuar", suatu penamaan terhadap proyek-proyek di zaman Bung Karno yang dianggap (terutama oleh pendukung Orde Baru) sebagai proyek untuk pamer ke dunia luar, tanpa manfaat yang jelas bagi rakyat. Pada periode pembangunan sekarang (2006-2011), salah satu isu & kontroversi yang cukup mengemuka mengenai Menara Jakarta adalah bahwa Menara ini akan menjadi Christian Center yang didukung oleh Gereja Bethany Indonesia. Pasalnya, Presiden Komisaris pengembang proyek ini, PT Prasada Japa Pamudja adalah Abraham Alex Tanuseputra yang menjabat sebagai Ketua Umum Sinode Gereja Bethany Indonesia. Selain itu, proyek ini sering disebut sebagai Menara Doa Jakarta atau Jakarta Revival Center.
Tetapi terlepas dari berbagai kontroversi tersebut, rencananya Menara Jakarta ini akan menjadi icon kebanggaan bangsa Indonesia dan menjadi menara telekomunikasi dan broadcasting tertinggi di dunia. Sebagai pusat hubungan jaringan di bidang telekomunikasi, pusat bisnis berkelas internasional dan sebagai pendukung fungsi pemonitoran TNI/Polri.
Referensi:
- http://id.wikipedia.org
- http://www.detiknews.com
Pembangunan menara itu pada awalnya dikembangkan oleh trio usahawan besar, yakni Sudwikatmono, Prajogo Pangestu, dan Henry Pribadi, melalui PT Indocitra Graha Bawana. Biayanya diperkirakan sekitar 400 juta dollar AS (waktu itu masih sekitar Rp 900 miliar). Pada tahun 1996, sayembara desain arsitektur untuk gedung tersebut dimenangkan oleh Murphi/Iohn dari Amerika Serikat. Hanya saja, karena desain ini terlalu mahal untuk dikembangkan, maka pemerintah memilih desain dari pemenang kedua yakni East Chine Architecture Design & Research Institute (ECADI), yang juga membangun Shanghai Oriental Pearl Tower di China. Desain ECADI ini dipilih karena para juri menganggap desainnya sederhana dan masih bernuansa Asia.
Pembangunan Menara mulai dilaksanakan tahun 1997 yang peresmiannya dilakukan oleh Gubernur Jakarta Soerjadi Soedirdja dan Mensesneg Moerdiono setelah disetujui oleh Presiden Soeharto di Bina Graha, Jakarta. Karena anggaran membesar, pengembang mulai mencari suntikan dana dari investor asing. Total dana yang dibutuhkan menjadi sekitar 560 juta dollar AS (waktu itu sekitar Rp 1,2 triliun). Proyek ini sempat tersendat pada tahun 1998 akibat krisis moneter yang melanda Indonesia dan kembali diresmikan pembangunannya tahun 2004 oleh Mensesneg Bambang Kesowo dan Gubernur Sutiyoso.
Pembangunan menara akan terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama pembangunan ruang podium 17 lantai yang direncanakan selesai pada tahun 2008/2009. Bagian kedua adalah pembangunan tower yang diprediksikan akan selesai pada tahun 2010-2011. Biaya pembangunan megaproyek yang diperkirakan mencapai sekitar Rp 1,2 triliun pada awalnya, diperkirakan akan kembali membengkak menjadi hampir Rp 2,7 triliun setelah kenaikan harga material dunia (terutama baja). Menurut direktur PT Prasada Japa Pamudja, Ferry Sangeroki, pihak-pihak yang terlibat dalam proyek ini adalah "lebih dari seratus perusahaan dan individu". Ia mengatakan bahwa proyek tersebut dibiayai melalui tiga jalur: partisipasi modal (Rp 400 miliar), pinjaman sindikasi (Rp 600-800 miliar), dan penjualan pra-proyek (sekitar Rp 1,3 triliun).
Menara Jakarta akan dibangun di area seluas 306.810 meter persegi. Gedungnya sendiri akan seluas 40.550 meter persegi dengan tinggi 558 meter. Seperti desain awalnya pada tahun 1997, dalam pembangunan yang baru ini, menara tetap memiliki tiga kaki yang akan menjulang hingga ketinggian 500 meter. Masing-masing kaki berbentuk silinder, berdiameter 13,2 meter. Dua di antaranya berisi masing-masing tiga lift dengan kecepatan 7 meter per detik. Kaki ketiga berisi delapan lift khusus untuk pengunjung. Pada gedung ini terdapat 10 unit elevator/lift. Selain itu, pada bagian bawahnya, menara itu diikat lagi dengan cincin beton berdiameter 40 meter dengan tinggi 15 meter. Untuk lebih menstabilkannya, menara tertancap dengan fondasi berdiameter 80 meter sampai kedalaman 58 meter di bawah tanah.
Menurut pengembang, Menara Jakarta akan menyerap 20.000 lebih tenaga kerja selama pembangunan, dan lebih dari 40.000 tenaga kerja setelah gedung difungsikan. Menara Jakarta rencananya akan dilengkapi dengan fasilitas:
* Tempat parkir seluas 144.000 meter persegi
* Gedung podium setinggi 17 lantai.
* Lift yang mencapai puncak menara
* Restoran berputar
* Mal besar
* Kafe
* Taman hiburan
* Museum sejarah Indonesia
* Hotel
* Ruang serba guna/konferensi yang bisa menampung 10.000 pengunjung
* Ruang-ruang perkantoran seluas 8.000 meter persegi
* Pusat pameran
* Pusat pendidikan dan pelatihan
* Pusat multimedia disertai pemancar siaran radio dan televisi
* Pusat perdagangan dan bisnis
* Pusat olah raga
Diperkirakan, sebanyak 4-6 juta pengunjung setiap tahunnya akan mengunjungi Menara Jakarta.
Pada perjalanannya, rencana pembangunan menara ini banyak menimbulkan berbagai kontroversi & kecaman. Pada tahun 1995-1997, Menara Trilogi menjadi bahan kecaman terutama adalah dana serta fungsi Menara tersebut di tengah kesenjangan sosial dan ekonomi yang masih membentang. Karena itu, menara ini mulai dikenal pula dengan sebutan "Menara Kesenjangan". Koran The Jakarta Post menyebutnya sebagai "tower of indifference" (menara ketidakpedulian). Beberapa anggota DPR menyebutnya proyek "mercusuar", suatu penamaan terhadap proyek-proyek di zaman Bung Karno yang dianggap (terutama oleh pendukung Orde Baru) sebagai proyek untuk pamer ke dunia luar, tanpa manfaat yang jelas bagi rakyat. Pada periode pembangunan sekarang (2006-2011), salah satu isu & kontroversi yang cukup mengemuka mengenai Menara Jakarta adalah bahwa Menara ini akan menjadi Christian Center yang didukung oleh Gereja Bethany Indonesia. Pasalnya, Presiden Komisaris pengembang proyek ini, PT Prasada Japa Pamudja adalah Abraham Alex Tanuseputra yang menjabat sebagai Ketua Umum Sinode Gereja Bethany Indonesia. Selain itu, proyek ini sering disebut sebagai Menara Doa Jakarta atau Jakarta Revival Center.
Tetapi terlepas dari berbagai kontroversi tersebut, rencananya Menara Jakarta ini akan menjadi icon kebanggaan bangsa Indonesia dan menjadi menara telekomunikasi dan broadcasting tertinggi di dunia. Sebagai pusat hubungan jaringan di bidang telekomunikasi, pusat bisnis berkelas internasional dan sebagai pendukung fungsi pemonitoran TNI/Polri.
Referensi:
- http://id.wikipedia.org
- http://www.detiknews.com
No comments:
Post a Comment