Yang jauh di kejar-kejar, yang deket malah di cuekin. Hehehe... suka travelling jauh-jauh sampai ke Jogja, Bali, Aceh bahkan Papua, yang di Jakarta malah dicuekin, padahal view & suasananya lumayan bagus juga. Kali ini saya menyempatkan diri untuk berwisata ke Kawasan kota tua Jakarta sampai Pelabuhan Sunda Kelapa.
Lokasinya gak terlalu jauh, dari Depok (kebetulan aye tinggal di Depok) cukup naik kereta saja sampai mentok di Stasiun Kota (Beos), kurang lebih makan waktu sekitar 1 jam. Kalau mau naik bus kota atau Busway juga bisa sih, cuman males macetnya. Lokasi kawasan Kota Tua dekat dari Stasiun Kota (Beos) & Halte Busway Kota, jalan kaki kira-kira 200 meter lah. Kalau pelabuhan Sunda Kelapa sih agak jauh, kalau gak kuat jalan kaki atau gak tau arah mending naik ojek atau taksi, tapi kalau saya lebih milih jalan kaki aja biar sekalian capeknya tapi puas bisa transit di mana aja yang ada spot bagusnya.
Saya mencoba berjalan-jalan dan berfoto-foto ria di kawasan ini, di sini banyak juga jasa penyewaan sepeda. Dari Stasiun Kota (Beos), saya menyusuri jalan Kali Besar dan menuju Museum Fatahilah. Museum yang dibangun pada abad ke-enam belas ini masih berdiri dengan kokoh. Konon, semasa VOC masih berkuasa, bangunan ini berfungsi sebagai balai kota. Pelengkapnya, di taman Fatahilah juga didirikan air mancur, yang dulunya berfungsi sebagai sumber mata air bagi warga setempat. Sayang, air mancur ini kini sudah tak berfungsi. Pada malam hari kita bisa melihat keindahan cahaya lampu yang ada di kawasan ini, walaupun banyak juga yang sudah tidak berfungsi lagi.
Dari Museum Fatahilah, saya kembali menyusuri jalanan yang ramai menuju Pelabuhan Sunda Kelapa sambil mengagumi keanggunan bangunan-bangunan kuno. Perjalanan berlanjut sampai ke Jembatan Kota Intan. Jembatan yang sudah lima kali berganti nama ini dibangun pada tahun 1628. Jembatan ini dilengkapi dengan pengungkit yang berfungsi untuk menaikkan sisi bawah jembatan. Namun kondisi sudah tak terawat, pengungkitnya sekarang tak bisa digunakan lagi. Pemandangan sungai di bawah jembatan juga tak nyaman di mata, bau tidak sedap juga lumayan menyengat. Didekat Jembatan Kota Intan berdiri bangunan The Batavia Hotel.
Setelah setengah jam berjalan saya menjumpai Museum Bahari, salah satu tempat tujuan wisata di kawasan kota tua di Jakarta Utara. Bangunan kokoh dengan tembok tebal itu seperti tersembunyi di dalam gang, bersisian dengan Pasar Ikan. Museum Bahari diresmikan 7 Juli 1977 oleh Gubernur Ali Sadikin. Di ruang-ruang dalam museum, pengunjung dapat menyaksikan berbagai jenis kapal dari seluruh daerah di Indonesia, dilengkapi dengan gambar dan foto-foto pelabuhan pada masa lalu. Di depan museum, terdapat Menara Syahbandar yang dibangun pada 1839 untuk mengawasi kapal masuk dan keluar Pelabuhan Sunda Kelapa.
Perjalanan berlanjut hingga ke Pelabuhan Sunda Kelapa, yang kini menjadi pelabuhan bongkar muat barang. Setiap hari, para buruh pelabuhan sibuk naik turun membongkar muatan kapal, seperti aktivitas menurunkan kayu yang berasal dari Kalimantan. Di dermaga, berjajar kapal-kapal pinisi atau bugis schooner dengan bentuk khas, meruncing di salah satu ujungnya dan berwarna-warni pada badan kapal. Masuknya gratis alias gak bayar, cuma ya kudu waspada aja sama keadaan sekitar, untuk yang suka fotografi menurut saya ini adalah salah satu spot yang cukup bagus.
Berhubung hari sudah sore, saya langsung kembali lagi ke Kawasan Kota Tua untuk menikmati indahnya cahaya malam disana, sekalian hunting foto hehehe... Jakarta sebenarnya sangat kaya akan bangunan-bangunan bernilai tinggi. Tapi, upaya pelestarian bangunan-bangunan kuno bersejarah ini sangatlah kurang. Kalau saja lebih bersih terawat, pasti bakal lebih menyenangkan & lebih berpotensi sebagai salah satu tujuan wisata di kota Jakarta, bahkan untuk warga Jakarta-nya sendiri.
Lokasinya gak terlalu jauh, dari Depok (kebetulan aye tinggal di Depok) cukup naik kereta saja sampai mentok di Stasiun Kota (Beos), kurang lebih makan waktu sekitar 1 jam. Kalau mau naik bus kota atau Busway juga bisa sih, cuman males macetnya. Lokasi kawasan Kota Tua dekat dari Stasiun Kota (Beos) & Halte Busway Kota, jalan kaki kira-kira 200 meter lah. Kalau pelabuhan Sunda Kelapa sih agak jauh, kalau gak kuat jalan kaki atau gak tau arah mending naik ojek atau taksi, tapi kalau saya lebih milih jalan kaki aja biar sekalian capeknya tapi puas bisa transit di mana aja yang ada spot bagusnya.
Saya mencoba berjalan-jalan dan berfoto-foto ria di kawasan ini, di sini banyak juga jasa penyewaan sepeda. Dari Stasiun Kota (Beos), saya menyusuri jalan Kali Besar dan menuju Museum Fatahilah. Museum yang dibangun pada abad ke-enam belas ini masih berdiri dengan kokoh. Konon, semasa VOC masih berkuasa, bangunan ini berfungsi sebagai balai kota. Pelengkapnya, di taman Fatahilah juga didirikan air mancur, yang dulunya berfungsi sebagai sumber mata air bagi warga setempat. Sayang, air mancur ini kini sudah tak berfungsi. Pada malam hari kita bisa melihat keindahan cahaya lampu yang ada di kawasan ini, walaupun banyak juga yang sudah tidak berfungsi lagi.
Dari Museum Fatahilah, saya kembali menyusuri jalanan yang ramai menuju Pelabuhan Sunda Kelapa sambil mengagumi keanggunan bangunan-bangunan kuno. Perjalanan berlanjut sampai ke Jembatan Kota Intan. Jembatan yang sudah lima kali berganti nama ini dibangun pada tahun 1628. Jembatan ini dilengkapi dengan pengungkit yang berfungsi untuk menaikkan sisi bawah jembatan. Namun kondisi sudah tak terawat, pengungkitnya sekarang tak bisa digunakan lagi. Pemandangan sungai di bawah jembatan juga tak nyaman di mata, bau tidak sedap juga lumayan menyengat. Didekat Jembatan Kota Intan berdiri bangunan The Batavia Hotel.
Setelah setengah jam berjalan saya menjumpai Museum Bahari, salah satu tempat tujuan wisata di kawasan kota tua di Jakarta Utara. Bangunan kokoh dengan tembok tebal itu seperti tersembunyi di dalam gang, bersisian dengan Pasar Ikan. Museum Bahari diresmikan 7 Juli 1977 oleh Gubernur Ali Sadikin. Di ruang-ruang dalam museum, pengunjung dapat menyaksikan berbagai jenis kapal dari seluruh daerah di Indonesia, dilengkapi dengan gambar dan foto-foto pelabuhan pada masa lalu. Di depan museum, terdapat Menara Syahbandar yang dibangun pada 1839 untuk mengawasi kapal masuk dan keluar Pelabuhan Sunda Kelapa.
Perjalanan berlanjut hingga ke Pelabuhan Sunda Kelapa, yang kini menjadi pelabuhan bongkar muat barang. Setiap hari, para buruh pelabuhan sibuk naik turun membongkar muatan kapal, seperti aktivitas menurunkan kayu yang berasal dari Kalimantan. Di dermaga, berjajar kapal-kapal pinisi atau bugis schooner dengan bentuk khas, meruncing di salah satu ujungnya dan berwarna-warni pada badan kapal. Masuknya gratis alias gak bayar, cuma ya kudu waspada aja sama keadaan sekitar, untuk yang suka fotografi menurut saya ini adalah salah satu spot yang cukup bagus.
Berhubung hari sudah sore, saya langsung kembali lagi ke Kawasan Kota Tua untuk menikmati indahnya cahaya malam disana, sekalian hunting foto hehehe... Jakarta sebenarnya sangat kaya akan bangunan-bangunan bernilai tinggi. Tapi, upaya pelestarian bangunan-bangunan kuno bersejarah ini sangatlah kurang. Kalau saja lebih bersih terawat, pasti bakal lebih menyenangkan & lebih berpotensi sebagai salah satu tujuan wisata di kota Jakarta, bahkan untuk warga Jakarta-nya sendiri.
inysa allah sebentar lagi kami akan berwisata ke sana, jadi penasaran he..he..
ReplyDeleteJust.. Enjoy Jakarta.. Tapi tetap waspada om..
ReplyDelete